Pelajaran dari Hollywood: Ambil Ancang-ancang Sebelum AI Merampas Mata Pencaharianmu

by | May 12, 2023

Budaya | Film | Kecerdasan Buatan

FOMOMEDIA – Belasan ribu penulis skenario Hollywood mogok, salah satunya untuk menuntut regulasi penggunaan kecerdasan buatan. Langkah ini perlu ditiru pekerja-pekerja lainnya.

Kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) memang belum bisa menggantikan para pekerja kreatif sepenuhnya. Akan tetapi, bukan berarti mata pencaharian mereka tidak terancam.

Pemogokan yang dilakukan 11.500 penulis skenario Hollywood yang tergabung dalam Writers Guild of America punya kaitan erat dengan berkembang pesatnya teknologi kecerdasan buatan. Dalam tuntutannya, para penulis itu ingin supaya “penggunaan material yang diproduksi dengan kecerdasan buatan dan teknologi sejenisnya diregulasi”.

Dalam kolomnya di The New York Times, James Poniewozik menjelaskan bahwa, lewat pemogokan itu, para penulis skenario Hollywood ingin agar: 1) Pekerjaan mereka tidak digantikan oleh kecerdasan buatan, 2) Karya mereka tidak digunakan untuk melatih kecerdasan buatan, dan 3) Tidak dipekerjakan hanya untuk melengkapi skenario bikinan kecerdasan buatan dengan upah murah.

Faktanya, kecerdasan buatan memang sudah jadi bagian tak terpisahkan dari dunia hiburan. Dan di sini, yang dimaksud bukan eksistensi kecerdasan buatan dalam film atau serial televisi, melainkan bagaimana layanan streaming memberikan rekomendasi tontonan kepada pengguna dengan teknologi tersebut.

Setelah selesai menonton satu film atau film seri, kamu pasti akan mendapat rekomendasi tontonan serupa. Bisa dari sisi genre, bisa juga dari karakter film atau film seri yang baru saja kamu tonton, atau tak jarang pula rekomendasi diberikan berdasarkan kesamaan aktor atau sutradara. Rekomendasi itu tak selalu tepat tetapi, setidaknya, apa yang ditawarkan kecerdasan buatan tersebut masih masuk di akal.

Nah, menurut Poniewozik, apa yang dilakukan layanan streaming dengan kecerdasan buatan itu bisa jadi bakal diikuti oleh studio untuk memproduksi film atau film seri yang formulanya sudah terbukti laku di pasaran. Lama kelamaan, tulis penulis buku Audience of One: Donald Trump, Television and the Fracturing of America itu, industri perfilman bakal berhenti memproduksi film atau film seri dengan ide orisinal.

Ancang-ancang sebelum Terlambat

Tentunya, ketakutan itu belum terjadi dan, rasa-rasanya, masih butuh waktu lama bagi kecerdasan buatan untuk betul-betul menyamai kemampuan kreatif manusia. Lagipula, yang bisa dilakukan kecerdasan buatan sampai sejauh ini “hanyalah” membaca pola dari data yang diberikan lalu memformulasinya menjadi sebuah entri baru.

Namun, mengingat pesatnya perkembangan kecerdasan buatan, langkah para penulis skenario tadi untuk ambil ancang-ancang sudah tepat. Mereka menolak karyanya dijadikan bahan untuk melatih kecerdasan buatan karena, dengan semakin banyaknya data yang diinput, kecerdasan buatan bakal semakin cerdas.

Perlu diingat bahwa ChatGPT sudah bisa mengelabui para profesor di Northwestern University dan, itu berarti, orisinalitas bukan masalah besar bagi kecerdasan buatan yang nantinya bakal semakin canggih. Soal kualitas, mungkin kecerdasan buatan akan kalah, tetapi dari sana studio film tinggal menyewa penulis skenario untuk memoles skrip dan para penulis itu bakal dibayar lebih murah karena mereka tidak memulai pekerjaan dari nol.

Dengan demikian, apa yang dilakukan 11.500 penulis dari Writers Guild of America ini sudah selayaknya ditiru oleh pekerja-pekerja lain yang mata pencahariannya terancam. Sebab, kecerdasan buatan tidak semestinya mengancam, tetapi membantu manusia melakukan pekerjaan dengan lebih baik. Dan karena itu, penggunaan kecerdasan buatan perlu diregulasi.

Penulis: Yoga

BAGIKAN :

ARTIKEL LAINNYA

KOMENTAR

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

[…] Pelajaran dari Hollywood: Ambil Ancang-ancang Sebelum AI Merampas Mata Pencaharianmu […]

[…] Pelajaran dari Hollywood: Ambil Ancang-ancang Sebelum AI Merampas Mata Pencaharianmu […]