FOMOMEDIA – Sebagian besar pembunuhan aktivis lingkungan terjadi di Amerika Selatan, di mana korban terbanyak merupakan masyarakat adat.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Global Witness baru saja merilis total orang yang meninggal akibat membela lingkungan. Menurut laporan itu, setidaknya terdapat 177 orang terbunuh pada 2022.
Para korban sebanyak itu merupakan orang-orang yang dibunuh oleh kelompok kejahatan terorganisir dan penyerbu lahan. Menurut The Guardian, dengan total kasus pembunuhan itu, setidaknya terdapat rata-rata satu orang terbunuh setiap dua hari.
Dari total tersebut, Global Witness mencatatkan negara Kolombia yang punya kasus terbanyak pembunuhan terhadap aktivis lingkungan. Total sebanyak 60 kasus pembunuh terjadi di negara yang berada di Amerika Selatan itu.
Sementara itu, dalam rentang waktu satu dekade terakhir, terhitung dari 2012 hingga 2012, Global Witness melaporkan setidaknya 1.910 pembela lingkungan telah dibunuh.
Setelah Kolombia, negara-negara yang tak kalah kejam terhadap aktivis lingkungan seperti Brasil, Meksiko, Honduras, dan Filipina. Dari laporan tersebut, setidaknya 88 persen tercatat terjadi di Amerika Latin.
Laporan yang dirilis pada Rabu (13/9/2023) tersebut setidaknya telah mengalami penurunan dari 2021 dengan total 200 kasus pembunuhan. Namun, laporan 2022 itu juga terhitung jadi salah satu yang tertinggi dalam sedekade terakhir.
“Kami juga mengakui bahwa nama banyak pembela HAM yang terbunuh tahun lalu mungkin tidak ada, dan kita mungkin tidak pernah tahu berapa banyak lagi yang memberikan nyawa mereka untuk melindungi planet kita,” tulis laporan Global Witness.
Soroti Negara Selatan
Beberapa kasus pembunuhan terhadap aktivis lingkungan terjadi di negara-negara bagian selatan global (global south). Global Witness menyoroti adanya perebutan sumber daya seperti di Amerika Latin, Asia, dan Afrika sebagai pemicu utama kekerasan.
“Sudah terlalu lama mereka yang bertanggung jawab atas serangan mematikan terhadap para pembela HAM lolos dari hukuman,” kata Shruti Suresh, direktur kampanye di Global Witness, dikutip dari The Guardian.
“Meskipun terancam oleh tindakan korporasi dan pemerintah yang tidak bertanggung jawab, gerakan masyarakat global ini, yang dipersatukan oleh tekad dan komitmen untuk membela rumah dan komunitas mereka tetap teguh–dan mereka tidak dapat dan tidak akan bisa dibungkam,” lanjutnya.
Sementara itu, Global Witness sendiri telah melakukan pelaporan selama 11 tahun terakhir. Mereka berupaya supaya pemerintah menegakkan hukum yang adil. LSM tersebut pun ingin menciptakan lingkungan yang aman bagi masyarakat yang berupaya melindungi tanah dan kehidupannya.
Masyarakat Adat jadi Korban
Adanya total kasus pembunuhan sampai di angka ratusan memang memprihatinkan. Apalagi, mayoritas dari para korban terbunuh berasal dari lingkungan masyarakat adat. Masyarakat adat dilaporkan telah menjadi korban paling banyak dalam konflik lingkungan.
“Penelitian berulang kali menunjukkan bahwa masyarakat adat adalah penjaga hutan terbaik dan oleh karena itu memainkan peran mendasar dalam mitigasi krisis iklim. Namun mereka dikepung di negara-negara seperti Brasil, Peru, dan Venezuela karena melakukan hal tersebut,” kata Laura Furones, pakar tata kelola hutan yang menjadi penasihat laporan Global Witness.
“Jika kita ingin menjaga kelestarian hutan, kita harus menyadari bahwa hal ini bergantung pada perlindungan pihak-pihak yang menjadikan hutan sebagai rumah.” lanjutnya.
Kasus konflik lahan yang melibatkan masyarakat adat pun hampir terjadi di mana saja. Mereka rawan untuk tidak diakui oleh negara.
Pembunuhan Aktivis di Indonesia
Selain negara-negara yang sudah disebutkan di atas, Indonesia juga tak luput dari pantauan Global Witness. Dalam laporan LSM itu, Indonesia pada 2022 setidaknya telah terdapat tiga kasus pembunuhan terhadap aktivis lingkungan.
Mereka adalah Danil, Erni Pinem, dan Erfaldi Erwin Lahadado. Nama-nama tersebut adalah mereka yang tercatat dan terungkap kasusnya ke media. Alhasil, penyebaran informasi terhadap para korban tersebut bisa diketahui.
Sementara, seperti kata laporan Global Witness, masih banyak para aktivis lain yang terbunuh dan tidak diketahui. Maka, bukan tidak mungkin bahwa data total pembunuhan aktivis lingkungan 2022 tersebut masih bertambah banyak.
Penulis: Sunardi
Editor: Yoga
Ilustrator: Vito