FOMOMEDIA – Eksistensi masyarakat adat O Hongana Manyawa di Halmahera semakin terancam. Selain mendapatkan stigma, kehidupan mereka kian terdesak.
Masyarakat adat O Hongana Manyawa atau Suku Tobelo Dalam semakin tergusur dari tanahnya. Eksistensi mereka, yang tinggal di Pulau Halmahera, Maluku Utara, semakin terdesak akibat aktivitas perusahaan tambang.
Sebuah video yang dirilis oleh Survival International di platform media sosial X menunjukkan bagaimana orang-orang Suku Tobelo Dalam keluar dari hutan. Salah satu yang menyebabkan mereka harus keluar lantaran adanya buldoser yang menghilangkan hutan.
Dalam sebuah video, terdapat dua orang yang diduga sebagai anggota Suku Tobelo Dalam. Mereka terlihat seakan sedang mengusir orang yang merekam lantaran menaiki buldoser.
Suku Tobelo Dalam tinggal di dalam hutan sudah sejak lama. Bahkan, menurut laporan Mongabay, komunitas adat tersebut tidak pernah berhubungan dengan dunia luar.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kehidupan mereka terusik lantaran masifnya industri ekstraksi tambang. Mereka pun kini semakin terancam.
Mendapat Stigma
Parahnya, tak hanya diusir dari dalam hutan, orang-orang Suku Tobelo Dalam juga mendapatkan stigma negatif. Stigma itu didapatkan usai mereka dianggap telah membunuh tujuh warga yang masuk ke dalam hutan Halmahera Tengah.
Peristiwa pembunuhan tersebut terjadi pada Maret 2021. Dugaan pembunuhan itu hanya mengarah kepada masyarakat Suku Tobelo Dalam lantaran mereka saat ini sedang terancam oleh beberapa perusahaan tambang.
Persoalan tersebut membuat Komnas HAM langsung turun tangan. Bahkan, lembaga tersebut bersama peneliti dan organisasi masyarakat sipil lainnya menindaklanjuti adanya diskriminasi terhadap Orang Tobelo Dalam.
Dari kasus tersebut, kepolisian pun kesusahan mengungkap dalang di balik pembunuhan. Dugaan dan stereotip pun langsung mengarah ke masyarakat adat O Hongana Manyawa. Mereka langsung dicap sebagai pembunuh.
Penjaga Hutan
Masyarakat adat O Hongana Manyawa berperan penting dalam menjaga hutan. Apalagi, hutan yang mereka tempati merupakan rumah untuk bertahan hidup sehari-hari. Bahkan, arti dari O Hongana Manyawa dalam bahasa mereka sendiri berarti “penduduk hutan”.
Hingga dewasa ini, Orang Tobelo Dalam dianggap sebagai salah satu masyarakat adat yang masih nomaden. Mereka bertahan hidup dengan menjadi pemburu dan selalu meramu apa yang disediakan oleh hutan.
“Lebih nyaman bagi saya untuk terus bergerak karena makanan jauh lebih beragam dan tersedia, saya bisa berburu secara teratur. Tinggal secara permanen di desa sangat tidak nyaman dan kekurangan makanan,” kata seorang pria dari Orang Tobelo Dalam, dikutip dari Survival International.
Dalam laporan Survival International itu, Orang Tobelo Dalam dianggap memiliki keahlian yang tak tertandingi di hutan hujan Halmahera. Mereka mampu berburu babi hutan, rusa, dan hewan lainnya. Tak hanya itu, mereka juga memelihara hubungan dekat dengan pohon-pohon, termasuk sagu yang bisa menjadi bahan makanan pokok.
Terancam Industri Baterai
Masih menukil laporan Survival International, saat ini masyarakat adat O Hongana Manyawa sedang terancam adanya penambangan nikel untuk keperluan baterai mobil listrik. Tak main-main, hutan hujan yang berada di Pulau Halmahera sedang menghadapi proyek penambangan nikel besar-besaran.
Indonesia digadang bakal menjadi produsen utama baterai mobil listrik. Senada dengan itu, dalam beberapa tahun terakhir wacana penggunaan mobil listrik semakin masif dikumandangkan oleh pemerintah. Mulai dari perusahaan asal Prancis, Jerman, Tiongkok, hingga perusahaan seperti Tesla terlibat dalam pertambangan di Halmahera.
Lantas, akan seperti apa nasib masyarakat adat O Hongana Manyawa ke depan?
Penulis: Sunardi
Editor: Yoga
Ilustrator: Vito