FOMOMEDIA – Di Indonesia ini, Hari Pendidikan Nasional gak bisa dilepaskan dari Hari Buruh. Bisa dibilang, keduanya adalah saudara sekandung.
Tiap awal Mei, kita selalu memperingati dua hari yang penuh dengan peristiwa historis itu secara berurutan. Hari Buruh dahulu, Hari Pendidikan kemudian.
Bagi orang Indonesia, Hari Buruh dan Hari Pendidikan tidak cuma berdekatan di kalender. Keduanya mempunyai relasi historis yang begitu erat di Republik ini. Relasi historis itu disandarkan pada dua sosok bapak bangsa bernama R.M. Iskandar Soerjopranoto dan R.M. Soewardi Soerjaningrat atau lebih dikenal dengan nama Ki Hadjar Dewantara.
Dua tokoh tersebut sangat berperan besar dalam dunia pergerakan. Sikapnya jelas: sama-sama menghantam kolonialisme Hindia Belanda!
Lalu, apa korelasi antara Hari Buruh dengan Hari Pendidikan?
Jika dilihat dari sejarahnya, Hari Buruh yang diperingati tiap 1 Mei itu tak bisa dilepaskan dari sejarah pergerakan kaum buruh internasional. Tanggal tersebut dijadikan sebagai momentum untuk mengenang perlawanan kaum buruh yang terjadi di Amerika Serikat (Haymarket Affair) pada 4 Mei 1886.
Dalam konteks Indonesia, salah satu tokoh yang sekaligus menjadi pahlawan nasional memperjuangkan nasib buruh adalah Soerjopranoto. Pria kelahiran Yogyakarta, 11 Januari 1871, tersebut masih memiliki trah Pakualaman. Ia menjadi tokoh penting dalam sejarah gerakan buruh di Indonesia.
Soerjopranoto ialah tokoh yang mengorganisir pemogokan buruh pertama di Indonesia. Ia bersama para buruh melakukan perlawanan dengan mogok massal di Pabrik Gula Padokan atau yang kini dikenal dengan nama Pabrik Gula Madukismo, Yogyakarta.
Karena aksinya itu, seperti yang ditulis Bambang Sukawati dalam buku Raja Mogok R.M. Soerjopranoto (1983), surat kabar Belanda menyebut Soerjopranoto sebagai De Stakings Koning alias Si Raja Mogok.
Selain getol mengorganisir kaum buruh di Jawa, sosok Soerjopranoto juga dikenal sebagai seorang guru di Taman Siswa. Yakni, sekolah yang tak lain didirikan oleh adiknya sendiri, Ki Hadjar Dewantara. Di Taman Siswa, Soerjopranoto menjadi guru vokasi di bagian Taman Tani (atau untuk istilah saat ini lebih populer sebagai Sekolah Pertanian).
Relasi antara Soerjopranoto dan Ki Hadjar memang sangat dekat. Sebagai kakak beradik, mereka berdua bertumbuh kembang dengan akses pendidikan yang cukup. Namun, itu tak membuat mereka lupa daratan. Mereka sangat peduli dengan kesejahteraan rakyat dan, lewat dua jalur pergerakan yang berbeda tapi berkelindan, keduanya menjadi figur penting di dunia masing-masing.
Sosok Ki Hadjar sendiri, berkat jasanya mendirikan Taman Siswa, dinobatkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional oleh Presiden Soekarno. Hari lahirnya, 2 Mei, pun ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).
Dari sini, bisa disimpulkan bahwa gerakan buruh dan pendidikan Indonesia punya pertalian yang mustahil bisa dilepaskan. Tanpa gerakan buruh, boleh jadi tidak akan ada Hardiknas. Selamat Hari Pendidikan Nasional!
Penulis: Sunardi
[…] Tanpa Gerakan Buruh, Gak Akan Ada Hari Pendidikan Nasional […]