Riset: Krisis Iklim Bikin Rasa Bir Makin Nggak Enak

by | Oct 14, 2023

Amerika | Bir | Eropa | Krisis Iklim | Pemanasan Global | Penelitian | Studi
Bir Makin Lama Main Ga Enak

FOMOMEDIA – Penikmat bir mesti khawatir. Kalau situasi ini terus berlanjut, bir enak mungkin semakin mahal, semakin jarang, dan semakin susah didapat.

Krisis iklim ternyata bukan cuma berdampak buruk terhadap manusia dan lingkungan saja, tapi juga bir.

Berdasarkan studi terbaru yang dipublikasikan oleh Jurnal Nature Communication, pendidihan global yang terus berlangsung dari tahun ke tahun dapat mempengaruhi kualitas bir.

Suhu bumi yang makin panas membuat bir enak makin susah dibuat. Kini, para penikmat bir mesti khawatir. Kalau situasi ini terus berlanjut, bir enak mungkin semakin mahal, semakin jarang, dan semakin susah didapat.

Padahal, minuman alkohol yang satu ini merupakan kebutuhan pokok dalam budaya Eropa dan Amerika. Oleh karena itu, minuman fermentasi malt ini sangat mudah didapat, baik dari bar atau toserba. Di banyak rumah, persediaan minuman yang sudah ada sejak zaman kuno tersebut wajib ada di lemari pendingin. Menurut British Beer and Pub Association sebanyak 8.5 triliun liter bir laku di Inggris saja, belum di negara-negara lain.

Di luar menjadi kebutuhan pokok, minuman beralkohol satu ini juga terbukti dapat menjadi pelicin sosial paling ampuh. Sehingga sering ditemukan dalam acara kumpul-kumpul. Melansir BBC, bir dapat meningkatkan keinginan seseorang untuk bersosialisasi, lebih terbuka, ceria, dan meningkatkan empati.

Maka tak heran, jika menaruh bir di atas meja saat dalam sebuah acara, maka para peminum di sekelilingnya akan terlihat lebih nyaman mengobrol satu sama lain. Bir juga kerap dinikmati seorang diri, untuk melepas kepenatan atau sekadar bersantai.

Baca juga:

Senyawa Penting Penghasil Rasa Khas Bir

Rasa pahit yang khas pada bir berasal dari hop. Benih kerucut dari tanaman hop itu merupakan satu dari empat bahan terpenting dalam proses pembuatan bir, di samping air, ragi, dan malt.

Hop dipakai sebagai penstabil rasa untuk mendapatkan rasa yang diinginkan dari bir, sebab mampu menyeimbangkan rasa manis dari malt dengan rasa asam dan pahit. Hop juga memiliki efek antibiotik yang meningkatkan aktivitas ragi dari mikroorganisme yang tak diinginkan.

Biasanya, hop ditambahkan sebelum proses perebusan untuk menambah rasa pahit, tapi bisa juga setelahnya untuk mengubah keseluruhan rasa.

Pertumbuhan besar-besaran industri pembuatan bir sejak 2010, telah memperbanyak permintaan pasar terhadap bir dengan rasa kuat yang khas. Tren itu pun mendorong pemakaian hop berkualitas tinggi.

Masalahnya, kuantitas hop pada minuman yang satu ini di Eropa terus berkurang. Kajian ini mengamati daerah-daerah kunci yang membudidayakan hop. Temuanya, rata-rata senyawa pemberi rasa asam-pahit yang dihasilan hop pada periode 1995-2018, ternyata lebih rendah dari rata-rata 1971-1994. Terjadi penurunan nyaris 20%.

Akibat Krisis Iklim

Berdasarkan temuan para peneliti, berkurangnya kandungan senyawa penting dari hop adalah imbas temperatur udara yang lebih tinggi dan lebih ekstrem.

Ilmuan dari Czech Academy of Science (CAS) dan Cambridge University mengaitkan penurunan hasil panen dengan kondisi yang semakin mengering beberapa tahun belakangan, kemungkinan akibat perubahan iklim.

Emisi gas rumah kaca dari aktivitas manusia terus lanjut memperpanas temperatur bumi. Diperkirakan dalam lima hingga 7 tahun ke depan, batas penting 1.5C akan terlampaui.

Para ilmuan memperkirakan, musim panas yang lebih panas panas, lebih lama, dan lebih kering akan memperburuk situasi dan harga minuman tersebut bisa naik lebih mahal lagi. Menurut perhitangan mereka, senyawa asam pahit pada hop akan berkurang hingga 31% pada 2050.

Baca juga:

Proses Produksi Mesti Beradaptasi

Para ilmuan mendorong para petani hop untuk beradaptasi dalam teknik produksi mereka.

“Kegagalan untuk beradaptasi akan membahayangkan nilai unggul dari pertumbuhan hop di suatu wilayah. Konsekuensinya adalah tingkat produksi lebih rendah dan bayaran pembuat bir lebih tinggi,” kata Martin Mozny, ilmuan CAS sekaligus salah satu penulis kajian tersebut.

Harga bir sudah naik 13% sejak awal pandemi 2020, imbas peningkatan ongkos energi yang diakibatkan oleh inflasi dan krisis gas gara-gara invasi di Ukraina.

Para petani tengah berupaya menyesuaikan praktik penanaman untuk meningkat hasil panen. Beberapa hal telah dicoba, dari memindahkan kebun ke bukit lebih tinggi di mana lebih sering hujan, dan hingga menginstal sistem irigasi.

Para penulis kajian memperingatkan bahwa situasi ini perlu direspons dengan investasi lebih lebih jauh. Mereka merekomendasikan agar untuk menumbuhkan hop diperluas hingga 20% guna mengantisipasi penurunan kualitas lebih jauh di masa mendatang.

Rekomendasi itu mungkin dapat membantu industri bir untuk bertahan lebih lama. Namun di hadapan krisis iklim, solusi semacam itu, kalaupun berhasil, tak akan berhasil lama.

Itu seperti menggunakan tambalan kecil untuk menutup lubang raksasa yang setiap harinya semakin menganga. Krisis iklim adalah persoalan besar yang harus dan hanya bisa diredam dengan upaya global.

Penulis: Ageng

Editor: Elin

Ilustrator: Vito

BAGIKAN :

ARTIKEL LAINNYA

KOMENTAR

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

[…] Riset: Krisis Iklim Bikin Rasa Bir Makin Nggak Enak […]

[…] Doritos identik dengan keripik. Namun, apa jadinya jika mereka mengolah minuman beralkohol dengan rasa […]