FOMOMEDIA – PM Jepang pecat putranya yang ketahuan party di rumah dinas. Kalau si anak sampai melakukan tindak kriminal, kira-kira bakal dihukum seperti apa, ya?
Alkisah di suatu negeri ada seorang pejabat yang membiarkan anaknya melakukan penganiayaan terhadap orang lain, bahkan sampai menyuruh anak buahnya untuk menodong saksi kejadian dengan pistol. Namun, negeri itu jelas bukan Jepang.
Di Jepang, kamu bahkan bisa dipecat ayahmu sendiri kalau ketahuan bikin salah. Seperti yang terjadi pada Shotaro Kishida, putra Perdana Menteri (PM) Jepang, Fumio Kishida. Gara-gara ketahuan party di rumah dinas, Shotaro dipecat dari jabatan sebagai Sekretaris Kebijakan PM Jepang.
Mingguan Shukan Bunshun menerbitkan foto-foto yang menunjukkan Shotaro dan sepuluh kerabatnya berpose di tangga berkarpet merah. Pose foto tersebut menunjukkan Shotaro tengah berpura-pura menjadi perdana menteri.
Tak hanya itu, foto lainnya menunjukkan orang-orang yang berpesta menggunakan podium. Mereka seolah-olah tengah mengadakan konferensi pers.
Adanya foto-foto pesta tersebut akhirnya tersebar di majalah dan media massa Jepang. Tak pelak, peristiwa tersebut menjadi sorotan publik. Fumio pun sangat terpukul dengan kelakuan tidak pantas yang dilakukan anaknya itu.
Dari ulahnya itu, akhirnya Shotaro diberhentikan dari jabatannya. “Sebagai sekretaris urusan politik, posisi publik, tindakannya tidak pantas dan saya memutuskan untuk menggantikannya agar dia bertanggung jawab,” kata Fumio, seperti dikutip dari The Guardian, Selasa (30/5/2023).
Setelah memecat putranya, Fumio menunjuk asisten pribadinya, Takayoshi Yamamoto, untuk mengisi pos sekretaris kebijakan.
Bangunan yang berusia 100 tahun itu sebelumnya berfungsi sebagai kantor perdana menteri dan diubah menjadi tempat tinggal pada tahun 2005 ketika kantor baru dibangun. Karena rumah itu merupakan rumah dinas, acara pesta yang dilakukan oleh Shotaro jadi dirasa tidak pantas dilakukan.
Ini bukan pertama kalinya Shotaro dikritik karena menyalahgunakan jabatan resminya. Pada Januari, saat menemani ayahnya, dia ditegur karena menggunakan mobil kedutaan untuk perjalanan tamasya pribadi di Inggris dan Paris dan pergi berbelanja suvenir untuk anggota kabinet di sebuah pusat perbelanjaan mewah di London.
Shotaro mulai bekerja untuk ayahnya pada Maret 2020. Shotaro dipilih sebagai sekretaris kebijakan lantaran dianggap memiliki kepribadian baik dan wawasan luas.
Akibat ulah Shotaro, elektabilitas Fumio pun mengalami penurunan. Menurut jajak pendapat yang dilakukan oleh surat kabar Nikkei, dukungan terhadap pemerintah Fumio turun jadi 47 persen. Padahal, pada bulan April, dia memiliki dukungan sebanyak 52 persen.
Politik dinasti di Jepang memang bukan barang baru. Shotaro yang seharusnya dijadikan ahli waris ayahnya itu justru melakukan blunder. Namun, langkah Fumio yang memecat putranya itu tetap perlu dicontoh, terutama oleh para pejabat di negeri +62.
Penulis: Sunardi
Editor: Yoga