Pertukaran Tahanan Disepakati AS-Iran, 6 Miliar Dolar Jadi Jaminan

by | Sep 19, 2023

Amerika Serikat | Internasional | Iran | Politik

FOMOMEDIA – Pertukaran tahanan AS-Iran jadi sebuah momen langka. Namun, kesepakatan kedua negara itu justru mendapat kritik dan dianggap kontroversial.

Amerika Serikat (AS) dan Iran akhirnya sepakat masing-masing untuk membebaskan lima tahanan pada Senin (18/9/2023) kemarin. Kedua negara tersebut menemui kesepakatan usai jaminan uang 6 miliar dolar AS dicairkan oleh pemerintahan Joe Biden.

Kesepakatan yang awalnya alot itu pun akhirnya berhasil dilakukan. Akan tetapi, beberapa pihak menyebut bahwa kesepakatan kedua negara itu dianggap kontroversial.

“Hari ini, lima orang Amerika tak berdosa yang dipenjarakan di Iran akhirnya pulang,” kata Joe Biden, dikutip dari The Guardian.

“[Warga AS yang ditahan Iran] akan segera dipertemukan kembali dengan orang-orang yang mereka cintai–setelah bertahun-tahun mengalami penderitaan dan ketidakpastian,” lanjut Biden.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, mengatakan bahwa dirinya telah berbicara dengan warga AS yang telah dibebaskan. Blinken pun menggambarkan bahwa percakapannya penuh dengan emosional.

Sementara itu, lima warga Iran yang ditahan oleh AS juga sudah dibebaskan kemarin sore. Namun, hanya dua orang warga Iran yang memilih kembali ke negaranya.

Pembatalan Perjanjian Nuklir

Negosiasi AS-Iran itu sendiri dimediasi oleh Qatar. Negara tersebut akan menerima dana 6 miliar yang dikirim dari Korea Selatan (Korsel) sebelum nantinya diserahkan pada Iran. Namun, Iran hanya bisa menggunakan uang tersebut untuk aksi kemanusiaan.

Adapun uang sebanyak itu sebelumnya adalah milik Iran yang merupakan hasil dari ekspor minyak ke Korsel. Namun, uang tersebut tertahan di rekening terbatas di Korsel setelah mantan Presiden AS Donald Trump membatalkan perjanjian nuklir yang penting.

AS dan Iran sebelumnya telah menyetujui perjanjian nuklir yang penting pada 2015. Dalam perjanjian tersebut juga terdapat kelompok negara yang dikenal dengan P5+1, yakni AS, Inggris, Prancis, Tiongkok, Rusia dan Jerman.

Negara-negara tersebut setuju untuk membatasi kegiatan nuklir. Salah satu hasil kesepakatan yakni adanya imbalan pencabutan sanksi ekonomi yang melumpuhkan negara tersebut.

Namun, pada 2018 AS di bawah pemerintahan Trump menarik diri dari perjanjian itu. Salah satu dalih Trump, perjanjian tersebut dianggap tidak efektif dalam membatasi aktivitas nuklir Iran.

Akhirnya, AS pun menerapkan kembali sanksi terhadap negara tersebut. Bahkan, Negeri Paman Sam mengancam akan menghukum negara-negara dan perusahaan yang terus membeli minyaknya.

Mendapatkan sanksi itu, Iran pun akhirnya sempat jatuh ke dalam resesi yang parah. Teheran pun tidak tinggal diam. Negara tersebut membalas dengan melanggar pembatasan yang disepakati dalam perjanjian nuklir. Salah satu yang paling getol digencarkan yakni produksi uranium yang digunakan untuk membuat bahan bakar reaktor dan senjata nuklir.

Sejak saat itulah hubungan Washington dan Teheran terus memanas hingga dewasa ini.

Dianggap Momen Langka

Kesepakatan AS-Iran dalam membebaskan masing-masing tahanan itu adalah momen langka. Apalagi, kedua negara hingga saat ini masing memiliki hubungan yang tegang.

Ketegangan AS dan Iran memang terjadi sejak lama. Hubungan diplomatik Washington dan Teheran terputus pada April 1980. Pada tahun tersebut kedutaan besar AS di Teheran diambil alih oleh mahasiswa. Puluhan warga AS juga disandera lebih dari setahun setelah revolusi Iran.

Hingga akhirnya, John Kerry yang menjadi Menteri Luar Negeri AS berhasil membuat kesepakatan nuklir bersejarah Iran pada Juli 2015. Namun, dalam perjanjian itu, seperti dijelaskan sebelumnya, akhirnya diputus oleh Trump.

Kini, adanya kesepakatan pembebasan para tahanan pun jadi momen langka. Kedua negara pun berpeluang untuk menjalin hubungan diplomatik lagi.

Keputusan Kontroversial

Kesepakatan pertukaran tahanan AS-Iran dianggap kontroversial oleh Partai Republik. Menurut partai sayap kanan itu, Joe Biden membuat kesepakatan dengan negara teroris nomor satu di dunia.

Partai Republik, dinukil dari The Guardian, menyebut kesepakatan tersebut dianggap hanya akan mendorong Iran untuk terus melakukan penyanderaan sebagai bagian utama dari persenjataan diplomatiknya. Ron DeSantis, seorang kandidat presiden dari Partai Republik, menyebut bahwa keputusan Biden merupakan tindakan yang keterlaluan. 

Sementara itu, menurut laporan BBC, seorang mantan pejabat Pentagon juga memperingatkan akan adanya banyak tahanan AS. Adanya pertukaran tahanan bisa memberikan musuh-musuh AS memiliki lebih banyak alasan.

“Walaupun selalu menyenangkan melihat orang Amerika kembali ke negaranya setelah ditahan secara tidak sah, hal ini pada akhirnya dapat menyebabkan lebih banyak orang Amerika yang ditahan secara tidak sah dimanfaatkan dengan cara ini,” kata Mick Mulroy, mantan perwira paramiliter CIA dan wakil asisten menteri pertahanan untuk Timur Tengah, dikutip dari BBC.

Namun, pernyataan akan adanya peluang lebih banyak penyanderaan warga AS pun dibantah oleh Siamak Namazi (51), salah warga AS yang dibebaskan dari tahanan Iran.

Penulis: Sunardi

Editor: Yoga

Ilustrator: Vito

BAGIKAN :

ARTIKEL LAINNYA

KOMENTAR

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments