FOMOMEDIA – Penyair Palestina yang kerap menulis esai tentang kehidupan di Gaza untuk pembaca berbahasa Inggris ditangkap tentara Israel.
Seorang ayah terbangun malam hari, melihat
warna acak di dinding,
yang digambar putranya yang berusia empat tahun.
Tapi ia mati seusai serangan udara.
Warna-warna itu setinggi 4 kaki,
Tahun depan, tingginya akan 5 atau 6.
Tapi pelukisnya telah mati dan
museum itu tak punya
lukisan baru untuk dipamerkan.
Puisi tanpa judul di atas adalah terjemahan dari salah satu karya Mosab Abu Toha, seorang penyair berkebangsaan Palestina yang tinggal di Gaza. Selain puisi, Mosab juga menulis cerita pendek dan esai dalam bahasa Inggris.
Sebulan terakhir, namanya banyak dikenal oleh pembaca berbahasa Inggris karena esai-esainya tentang bertahan hidup di Gaza yang terbit di sejumlah media, termasuk di antaranya Financial Times, The New Yorker, dan The New York Times.
Sebagai bagian dari keluarga Palestina yang terpaksa mengungsi dengan ribuan orang lain, Mosab menuliskan berbagai keresahan yang dirasakan penduduk Gaza secara kolektif. Dari serangan udara Israel hingga pengalaman mencurangi maut.
Dengan privilesenya, Mosab adalah salah satu suara Gaza yang didengar oleh publik internasional. Namun kemarin Senin, 20 November 2023, tersiar kabar bahwa penyair Palestina itu ditangkap oleh tentara Israel.
Ditangkap Tanpa Alasan Jelas
Mosab ditahan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) “ketika dia mencapai pos pemeriksaan saat berangkat dari utara ke selatan Gaza,” kata saudaranya, Hamza Abu Toha, di Twitter.
“Istri dan anak-anaknya memasuki wilayah selatan, dan tentara menangkap saudara saya, Mosab,” lanjut cuitan Hamza.
Saat Mosab sekeluarga mendekati pos pemeriksaan menuju ke arah selatan, IDF merebut Mosab dari keluarganya. Terpisah, tidak ada seorang pun mendengar kabar tentangnya sejak itu.
“Kami tidak punya informasi tentangnya. Perlu diketahui bahwa Kedutaan Amerika mengirimnya dan keluarganya untuk melakukan perjalanan melalui penyeberangan Rafah.”
Kedutaan Amerika Serikat dikabarkan menginstruksikan Mosab sekeluarga untuk evakuasi ke selatan karena putra termuda Mosab, yakni Mostafa yang baru berusia 3.5 tahun, berstatus warga negara AS karena lahir di Boston.
Alasan penangkapan Mosad masih tidak jelas. CNN telah menghubungi IDF untuk memberikan komentar. Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS sebelumnya mengatakan dia tidak memiliki informasi untuk dibagikan mengenai situasi tersebut.
Jadi Perhatian Internasional
Mosad sempat tinggal di Amerika. Setelah mendapat beasiswa sebagai penyair tamu di Harvard University sekira 2019-2020, ia menyelesaikan studinya di bidang Sastra Inggris di Syracuse University.
Mosad punya ketertarikan besar terhadap bahasa Inggris. Ia bahkan mendirikan Edward Said Public Library pada 2017. Itu perpustakaan pertama di Gaza yang fokus pada koleksi buku berbahasa Inggris. Taman bacaan itu lekas ramai oleh anak-anak yang ingin belajar bahasa Inggris.
Pada 2022 lalu, kumpulan puisi Mosad dalam bahasa Inggris, berjudul You May Find Hidden in My Ear: Poems from Gaza, mendapat berbagai penghargaan. Di antaranya, memenangkan American Book Award dan Palestine Book Award; masuk daftar finalis National Book Critics Circle Award in Poetry dan Walcott Poetry Prize.
Asosiasi penulis global PEN International membuat pernyataan pada hari Senin, menyampaikan keprihatinan terhadap penangkapan Mosab.
“Kami ikut serta dalam tuntutan untuk mengetahui keberadaannya dan alasan penahanannya,” kata PEN Internatioal dalam cuitan di Twitter.
CNN mengutip unggahan terakhir Mosab di Facebook pada 15 November 2023. Di situ, ia menulis:
“Terima kasih atas doa kalian. Kami tidak punya akses ke makanan atau air bersih. Musim dingin akan datang dan kami tidak punya cukup pakaian. Anak-anak menderita. Kami menderita. Tentara sekarang di Rumah Sakit Al-Shifa. Lebih banyak kematian, lebih banyak kehancuran. Siapa yang bisa menghentikan ini? Tolong hentikan sekarang.”
Penulis: Ageng
Editor: Yoga
Ilustrator: Vito
[…] Gara-gara menulis puisi pujian terhadap sistem pemerintahan Korut, ia dituduh melakukan subversi. Lee pun harus diseret ke pengadilan dan mendapat hukuman penjara. […]
[…] Sosok Bellara memang jadi salah satu sorotan sejak konflik Israel dan Hamas memanas. Perempuan 36 tahun tersebut getol menyuarakan suara-suara pembelaan terhadap Palestina. […]