OpenAI Bayar Pekerja Kenya 2 Dolar per Jam untuk Filter Konten Toksik

by | Jun 19, 2023

ChatGPT | Kecerdasan Buatan | Kenya | Teknologi

FOMOMEDIA – Siapa sangka di balik canggihnya teknologi ChatGPT ada para pekerja “hantu”? Mereka dibayar 2 dolar per jam untuk menyaring kata-kata toksik.

Beberapa bulan lalu investigasi yang dilakukan oleh Time melaporkan bahwa OpenAI, perusahaan di belakang ChatGPT, membayar pekerja Kenya kurang dari 2 dolar per jam. Para pekerja tersebut bekerja memfilter puluhan ribu baris teks agar chatbot aman digunakan.

Para pekerja tersebut ditugaskan untuk memberikan label dan filter tiap data yang dianggap sebagai racun dari kumpulan data pelatihan ChatGPT. Time juga menyebut bahwa para pekerja tersebut dipaksa untuk membaca grafik konten yang ada unsur pelecehan seksual anak, bestialitas, pembunuhan, bunuh diri, penyiksaan, menyakiti diri sendiri, dan inses.

“Pekerjaan itu penting untuk OpenAI. Pendahulu ChatGPT, GPT-3, telah menunjukkan kemampuan yang mengesankan untuk merangkai kalimat. Tapi itu adalah penjualan yang sulit, karena aplikasi tersebut juga cenderung melontarkan komentar kekerasan, seksis, dan rasis,” tulis Time, Rabu (18/1/2023).

Ada bahaya di balik rangkaian kata dan kalimat yang diberikan oleh GPT-3 pada tahap awal pengembangan. Data yang diambil dari internet penuh dengan toksisitas dan bisa. Alhasil, tidak ada cara kecuali melibatkan ratusan manusia untuk menelusuri kumpulan data yang sangat besar itu secara manual.

Akhirnya, dengan dalih itulah OpenAI menggunakan jasa perusahaan outsourcing atau pihak ketiga. Salah satunya adalah perusahaan Samasource di Kenya. OpenAI, menurut laporan Time, sudah bekerja sama dengan Samasource sejak November 2021.

“Mitra outsourcing OpenAI di Kenya adalah Sama, sebuah perusahaan yang berbasis di San Francisco yang mempekerjakan pekerja di Kenya, Uganda, dan India untuk melabeli data klien Silicon Valley seperti Google, Meta, dan Microsoft,” tulis Time.

Kondisi para Pekerja

Di balik berbagai pujian ChatGPT sebagai salah satu kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), tiap jam ada para pelabel data yang terpapar berbagai berbagai macam gambar, kalimat, dan foto-foto toksik. 

Samasource sendiri mengklaim bahwa perusahaannya telah berperan dalam membantu berantas kemiskinan. 

“Samasource memasarkan dirinya sebagai perusahaan ‘AI etis’ dan mengklaim telah membantu mengangkat lebih dari 50.000 orang keluar dari kemiskinan,” tulis Time.

Sebenarnya, dengan gaji 2 dolar per jam, para pekerja Samasource sudah mendapatkan upah jauh lebih tinggi dibanding gaji rata-rata pekerja di Kenya. Tercatat, upah minimum di ibu kota Kenya, Nairobi, hanya sekitar Rp1,67 juta per bulan.

Sementara itu, gaji yang didapat para pekerja Samasource bisa mencapai Rp6 juta per bulan. Meski demikian, para pekerja itu mesti terpapar berbagai konten toksik yang menyiksa dan merusak fisik serta psikis.

“Seorang pekerja Sama yang bertugas membaca dan memberi label teks untuk OpenAI mengatakan kepada Time bahwa dia menderita penglihatan yang berulang setelah membaca deskripsi grafis tentang seorang pria yang berhubungan seks dengan seekor anjing di hadapan seorang anak kecil. ‘Itu siksaan,’ katanya,” lanjut Time.

Penulis: Sunardi

Editor: Yoga

Ilustrator: Vito

BAGIKAN :

ARTIKEL LAINNYA

KOMENTAR

Subscribe
Notify of
guest
1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
PETE77

slot gacor online terpercaya adalah PETE77