FOMOMEDIA – Ratusan tokoh secara tegas mengkritik politik dinasti Jokowi yang membahayakan demokrasi Indonesia. Ini disampaikan dalam Maklumat Juanda.
Ratusan warga dari berbagai elemen masyarakat menyampaikan keprihatinannya atas demokrasi di Indonesia melalui Maklumat Juanda 2023.
Keprihatinan tersebut muncul usai Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan gugatan terkait batas usia capres dan cawapres. Dari situ, MK memutuskan bahwa capres dan cawapres tetap berusia paling rendah 40 tahun dengan pengecualian pernah berpengalaman sebagai kepala daerah.
Usman Hamid selaku juru bicara Maklumat Juanda menyampaikan bahwa “reformasi kembali ke titik nol”. Berbagai keresahan, kecemasan, hingga kemarahan terhadap para elite saat proses Pilpres maupun Pemilu 2024 telah dianggap menerabas kepatutan.
“Reformasi kembali ke titik nol. Mundurnya reformasi ditandai dengan merosotnya demokrasi dan diperburuk oleh fenomena politik dinasti. Reformasi dan demokrasi yang kita tegakkan bersama dalam 25 tahun terakhir dikhianati,” kata Usman, dikutip dari video yang diunggah Twitter oleh Narasi Newsroom.
Deklarasi yang dilakukan di Jalan Juanda, Jakarta Pusat, Senin (16/10/2023) lalu, menyoroti politik dinasti Presiden Joko Widodo (Jokowi). Jokowi dianggap telah menyalahgunakan kekuasaan yang sedang dipegangnya untuk mengistimewakan keluarga sendiri.
Usman menambahkan dalam pidatonya, anak-anak Jokowi dianggap minim pengalaman dan prestasi politik. Namun, mereka bisa menikmati jabatan publik dan fasilitas bisnis yang tidak bisa didapat tanpa status sebagai anak kepala negara yang berkuasa.
“Presiden pun terus bermanuver untuk menentukan proses Pemilu 2024 dengan menggandeng kubu politik yang menjamin masa depan sendiri dan dinasti keluarganya,” ujar Usman.
Kemunduran Demokrasi
Ratusan tokoh dari berbagai lapisan masyarakat sipil prihatin atas putusan MK. Dalam Maklumat Juanda itu, mereka mendesak supaya Jokowi tidak memberi contoh yang buruk sebagai pemimpin dengan membangun dinasti politik.
Politik dinasti, seperti diungkapkan dalam Maklumat Juanda, merupakan bentuk kemunduran demokrasi. Bahkan, kata Usman, kemunduran demokrasi di era Jokowi telah terjadi di berbagai aspek.
Usman yang juga merupakan Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia mengatakan, salah satu kemunduran demokrasi bisa dilihat sejak pelemahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Bahkan, selain itu, penyalahgunaan aparat hukum, kata Usman, sering terjadi.
“Hampir seluruh kemunduran demokrasi di Indonesia dari pelemahan Komisi Pemberantasan Korupsi, penyalahgunaan aparat hukum untuk mengendalikan oposisi politik, penyempitan ruang kebebasan, seluruhnya dibantah bahwa itu adalah karena kebijakan dari Kepresidenan Jokowi,” ujar Usman.
“Tetapi fakta sulit untuk disangkal bahwa kemunduran itu terus terjadi tanpa pembelaan dari Kepresidenan Jokowi. LIhat apa yang terjadi pada KPK hari ini. Begitu selektif secara politik, tidak lagi memiliki independensi integritas di dalam memberantas korupsi,” lanjutnya.
Peran Penting Jokowi Bangun Dinasti
Dalam kesempatan itu Usman bercerita bahwa Indonesia pernah memiliki kepercayaan tinggi terhadap KPK. Namun, sekarang kondisinya berbeda. KPK sekarang dianggap telah hancur.
“Kalau ditanya keluarganya Jokowi, tentu mereka akan bantah bahwa itu adalah karena mereka,” sambung Usman.
Jokowi dianggap memainkan peran penting dalam membangun dinasti politik keluarganya. Anak-anak Jokowi mampu membangun kekuasaan politik di tengah status bapaknya masih berkuasa.
Sementara itu, Faisal Basri juga jadi tokoh yang ikut menandatangani Maklumat Juanda 2023. Menurut ekonom tersebut, salah satu pilar dari demokrasi adalah checks and balances.
“Kita enggak nyangka bahwa itu dulu yang dibunuh. Jadi, DPR dikuasai sampai pada akhirnya 82 persen DPR itu mendukung pemerintah,” kata Faisal.
“Dari sanalah muncul pabrik undang-undang yang melegalisasi semua tindakan mereka yang menghambat bagi kemunculan hal-hal yang dilarang itu. Jadi, semua ini mereka lakukan secara legal. Semua legal lewat pabrik undang-undang, pabrik perpres (peraturan presiden), dan sebagainya itu,” pungkasnya.
Penulis: Sunardi
Editor: Yoga
Ilustrator: Vito