FOMOMEDIA – Membesarkan anak butuh biaya besar, mental yang kuat, dan ilmu yang tinggi. Jadi, kalau belum siap, mending jangan buru-buru punya anak, deh!
Bikin sesak dada melihat video seorang ibu sedang memberi kopi saset kepada anaknya yang sempat viral di media sosial. Sesuai keterangan pemilik akun @tama_pute, sebelumnya si ibu juga pernah membuat konten anaknya dikasih susu kental manis di akun TikTok-nya.
Saat ditelusuri, ibu itu berasal dari Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel). “Itu adalah kasus, ibu ini hanya ingin konten. Dia tidak benar-benar ingin memberikan anaknya kopi saset. Pengakuannya, dia hanya ingin viral,” kata Rosmini Pandin, Kepala Dinas kesehatan Sulsel, seperti dikutip dari Kompas.com.
Namun, meskipun apa yang dilakukan ibu dari Gowa itu “hanya konten”, ada masalah yang terselip di belakangnya. Menurut penjelasan Mirna Harun, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Sulsel, ibu tersebut sudah ditinggalkan suami sejak anaknya dalam kandungan dan mereka hanya menikah secara siri.
Sesak dada belum reda di situ, akun TikTok @feshene.id membagikan konten yang mirip dengan kasus di atas: bayi meminum kopi. Jelas ini sangat memprihatinkan.
Dalam kopi terkandung kafein dan, menurut American Academy of Child & Adolescent Psychiatry, tak ada dosis dari kafein yang terbukti aman untuk anak-anak. “Dokter anak tidak menyarankan [kafein] untuk anak di bawah 12 tahun dan melarang penggunaan minuman berenergi untuk semua anak dan remaja,” begitu penjelasan mereka di situs aacap.org.
BACA JUGA:
Adik saya, seorang bidan di sebuah pulau di Kabupaten Banggai Laut, Sulawesi Tengah, kerap menceritakan perilaku seorang ibu yang memberi susu kental manis kepada bayinya. Alasan mereka adalah susu kental murah, sementara susu formula mahal.
Namun, anehnya, suami mereka begitu rajin membeli rokok. Uang, yang semestinya bisa digunakan untuk membeli susu formula bayi, dialokasikan ke hal-hal yang tidak sehat.
Rawan Ujian sejak Masa Kehamilan
Membesarkan anak bukan perkara gampang. Maka, saat memutuskan untuk memiliki anak, jangan impulsif untuk memuaskan ego dan nafsu semata. Sebab, keputusan akan mempunyai anak mestinya bersamaan dengan persiapan yang dimiliki oleh orang tua. Misalnya, keuangan, mental, dan pendidikan parenting.
Perihal keuangan, orang tua mesti menyadari bahwa mengongkosi anak ternyata mahal. Dilaporkan oleh Tirto.id, membesarkan anak dari bayi hingga dewasa memerlukan sekitar kurang lebih tiga miliar rupiah.
Masalah pembiayaan ini bikin menjamurnya tren childfree di kalangan milenial dan generasi z. Namun, jika kamu merasa mampu membiayai anakmu kelak hingga usia dewasa, ya, silakan saja.
Selain keuangan, kamu mesti menyiapkan mental yang baik. Ini tidak kalah pentingnya. Sebab, menjadi orang tua berarti juga menjadi guru sepanjang waktu. Kamu harus mencontohi perilaku yang baik di hadapan anakmu.
Sebagai suami, kamu harus mendampingi istri ketika sedang hamil selama sembilan bulan. Bila memungkinkan, kamu perlu rutin membawa istri ke dokter kandungan dan saat melahirkan kamu harus siap mendampinginya.
Sedangkan, bagi istri, kondisi hamil selama sembilan bulan bukanlah perkara main-main. Mood akan terganggu ketika dalam kondisi hamil. Setidaknya ada lima perubahan psikologi yang bakal terjadi pada seorang ibu hamil, yakni emosional, cenderung malas, sensitif, mudah cemburu, dan suka meminta perhatian lebih.
Itu menjadi awal mentalitas orang tua diuji. Setelah si bayi lahir, hidup biasanya bakal semakin ribet. Suami dan istri harus mengatur jadwal tidur, siapa yang stand by di malam hari dan siapa di pagi hari. Jika tidak ada komitmen yang baik antara suami dan istri, bisa-bisa berakhir ke perceraian.
Jangan Ulangi Kesalahan
Menjadi orang tua memang tidak mudah. Menurut ayahbunda, “Kesiapan mental dan psikologis jadi modal utama calon ayah dan ibu yang ingin punya anak. Bahkan, jauh sebelum kehamilan terjadi, calon ayah dan ibu harus benar menyadari lebih dulu hakikat, konsekuensi, dan makna kehadiran anak di dalam keluarga.”
Kesiapan mental dan psikologis akan mengarahkan kamu untuk belajar bagaimana mendidik anak yang baik. Bukan lagi mendidik seperti zaman dulu, misalnya, memukul atau memarahi anak sebagai dalih pendidikan kepada anak.
Pengajaran dengan cara memukul ini ternyata memiliki dampak trauma yang tidak boleh disepelekan. Misalnya, si anak di kemudian hari akan mengulangi apa yang dia rasakan saat kecil, insecure terhadap dirinya sendiri, memendam kenangan buruk, dan tidak menghargai orang tuanya.
Maka dari itu, milenial dan generasi z harus lebih pandai dalam mendidik anak. Sebab, anak punya banyak corong informasi untuk dia pelajari sendiri. Sang anak bisa meniru sosok artis yang berseliweran di program TV. Ditambah, sekarang, YouTube menyediakan semuanya dan bisa dikonsumsi oleh anak.
Pentingnya Ilmu Parenting
Inilah pentingnya pendidikan parenting bagi orang tua muda. Situs Parenting Indonesia menyarankan untuk melakukan lima hal ini agar menjadi orang tua yang lebih baik. Pertama, jangan membandingkan anak. Tidak hanya orang dewasa, anak juga tidak suka dibanding-bandingkan dengan orang lain.
Kedua, memberi contoh langsung. Ini yang sudah dikatakan di atas bahwa orang tua adalah guru terbaik bagi anak. Rumah adalah sekolah pertama bagi anak. Sang anak pasti meniru orang terdekatnya, dalam hal ini yang paling dekat adalah orang tua.
Ketiga, biarkan anak membuat kesalahan. Jangan marahi anak ketika mereka melakukan kesalahan. Sebab, di situlah waktu dia untuk memahami sesuatu yang baru. Keempat, biarkan anak bosan. Artinya, biarlah anak melakukan sesuatu sampai bosan agar dia mempunyai cara untuk mengembangkan imajinasinya sendiri. Biarkan anak mencari cari untuk menghibur diri sendiri, baik dengan menggambar, bermain boneka, atau sekadar lompat-lompat.
Terakhir, kelima, jangan mengatakan anak nakal. Kadang orang tua kerap menyebut anaknya nakal karena sang anak terlalu aktif. Ke sana kemari. Lompat sana sini. Padahal, mereka melakukan itu sebagai cara mengaktualisasikan diri mereka.
Maka dari itu, menikah lalu memiliki anak harus disertai dengan ilmu. Bila belum ada ilmu, minimal mental harus siap. Jika dua-duanya belum ada, sebaiknya tahan dulu berkeinginan mempunyai anak. Kasihan anakmu apabila punya orang tua yang tidak memiliki pendidikan dan mental yang baik.
Penulis: Safar
Editor: Yoga
Ilustrator: Vito
[…] Byrne, ketika orang tua ditanya bagaimana rasanya membesarkan anak selama pembatasan sosial, para orang tua pun menjawab […]